Bahan Organik dan Proses Dekomposisi Pengomposan

Posted by Noer Rachman Hamidi


Bahan organik terdiri dari campuran sisa tanaman dan hewan dalam berbagai tingkat proses penghancuran bahan organik, campuran dari senyawa-senyawa yang sintetis dari hasil pelapukan baik secara kimia maupun biologi dan sisa-sisa dekomposisinya .

Pada dasarnya keberadaan bahan organik didalam tanah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan  dan perkembangan tanaman melalui fisika, kimia dan biologi tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisik tanah ditunjukan dengan terjadinya perbaikan dan perubahan dari beberapa sifat fisik tanah , antara lain berat volume dan daya ikat lengas tanah. Pegaruh Kimia meliputi peningkatan kapasitas Tukar Kation (KTK), PH dan kandungan unsur hara,  sedangkan pengaruh biologi dihubungkan dengan bahan organik tersebut sebagai sumber energi dan mokrobia tanah dalam melakukan aktivitas hidupnya. Secara garis besar pengomposan diartikan sebagai proses perubahan  limbah organik melaluikompos melalui aktivitas biologi dibawah kondisi yang terkontrol.

Menurut Houg (1993) Pegomposan adalah dekomposisi biologi dan stabilisasi substrak organik dibawah kondisi yang sesuai dengan perkembangan suhu thermopilik dari hasil produk biologi, hasil akhirnya berupa kompos yang stabil, bebas penyakit dan gulma dan dapat memberikan keuntungan dilahan. Kecepatan dekomposisi dipegaruhi oleh banyak faktor. Dalam dekomposisi, dimana nutrisi dilepaskan, terjadi ketika substrak organik kaya akan nutrisi, nisbah C/N dan C/P sangat renda.

Perbedaan formulasi bahan organik, perbedaan teknik dan lamanya pengomposan, serta perbedaan tingkat aplikasi ( teknik da perbedaan waktu), akan berpengaruh terhadap peyebaran nutrisi dari baha organik (Melech, 1985). Tujuan pegomposan adalah untuk memantapkan bahan –bahan organik yag berasal dari bahan limbah, meguragi bau busuk, membunuh organisme pathogen(penyebab penyakit),membunuh biji-biji gulma da pada akhirnya menghasilkan pupukorganik/ kompos yang sesuai dengan taah. Pengomposan dinyatakan selesai bila kompos dalam keadaan matang. Menurut Kurihara (1984) , kematanga kompos dicirikan bila kompos disimpan tidakmenimbulkan gangguan atau jika diaplikasikan ke dalam tanah tidak menimbulkan masalah. Hsieh (1990) mengelompoka kematangan kompos dalam tiga kategori:
  1. Kompos belum matang : dalam kategori ini bahan yang dikomposkan warna dan bentuk dari bahan asli mudah diidentifikasi.
  2. Kompos matang sebagian: dalam kategori ini bahan yang dikomposkan berubah warna menjadi kecoklatan, tetapi masih kelihatan  bentuk aslinya dan tidak mudah dihancurkan apabila digesek-gesekan dengan jari/ tangan
  3. Kompos matang : Pada kompos matang sebagaian besar bahan yang dikomposkan berstruktur crumbel berwarna coklatr kehitaman.
Permasalahan dalam pegomposan bahan organik segar seperti jerami adalah nisbah jerami adalah nisbah C/N yang sangat tinggi ( lebih dari 100). Sedangkan nisbah ideal untuk pengomposan adalah 30-40 ( Haga, 1990).Penurunan nisbah C/N dapat dilakukan dengan penambahan unsur nitrogen dari luar misalnya dengan penggunaan kompos matang atau dengan penambahan pupuk kandang yang sudah terdekomposisi.


Bahan organik yang sedang menjalani proses penghancuran yang dilakukan oleh mikro organisme dan mengalami perubahan dari mulai bahan segar- bahan menjadi lapuk- kompos matang -  sampai dengan humus adalah merupakan Dekomposisi.  Berikut gambar yang menjelaskan proses dekomposisi.

http://goo.gl/5Y1ln
www.agribisnis-indonesia.com

Description: Bahan Organik dan Proses Dekomposisi Pengomposan
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Bahan Organik dan Proses Dekomposisi Pengomposan
Kami akan sangat berterima kasih apabila anda menyebar luaskan artikel Bahan Organik dan Proses Dekomposisi Pengomposan ini pada akun jejaring sosial anda, dengan URL : http://pertanian.rumah-hikmah.com/2013/05/bahan-organik-dan-proses-dekomposisi.html

Bookmark and Share